
Pada suatu petang, 22 Mei 2014, ketika sedang berada di meja kerja Rolling Stone Indonesia saya menerima sepucuk surel istimewa dari kawan lama, Rahmat Harman Pulungan. Isinya berupa versi digitasi dari fanzine Brainwashed #7 yang terbit 26 tahun lalu, tepatnya pada Juni 1999. Girang bukan main tentunya.
Kebetulan saya tidak mengarsipkan sama sekali versi cetak fanzine terakhir saya ini. Kebetulan Rahmat yang juga teman kuliah saya adalah desainer grafis sekaligus penata letak Brainwashed Zine edisi tersebut. (Terima kasih, mat!) Ia juga merupakan gitaris dari band ska core T’lephone Umum yang saat itu cukup sibuk wara-wiri di berbagai gig ska di ibukota.
Salah satu wawancara klasik yang ada di edisi tersebut adalah bersama band new school hardcore asal Jakarta, Stepforward, dimana saya mengawali “karier” sebagai manager band dengan mengelola talenta mereka pada medio 1996-1997. Saking uzurnya wawancara ini, bahkan saat itu gitaris Ricky Siahaan, bassist Junas Miradiarsyah, dan drummer Fajar Arifan belum bergabung di Stepforward. Mereka masih bersama classic line-up; gitaris Andre Faisal, drummer Tedja, dan lead guitarist Krisna.
Wawancara dilakukan pada awal 1999, hanya beberapa bulan setelah pecah kerusuhan Mei’ 98, reformasi (tidak) total yang berhasil menumbangkan Soeharto dan Orde Baru namun belakangan dinyatakan gagal total karena Indonesia justru makin gelap gulita :D
Saat itu usia saya 21 tahun, baru belajar jurnalistik termasuk belajar mewawancara. Ketika membaca ulang zine ini sekarang tentunya terasa sangat bodoh dan menggelikan. Bahkan ternyata ada pertanyaan kategori homofobik pula yang pernah saya utarakan sok asik di sini, hahaha.
Dua anggota band Stepforward saya wawancara secara terpisah di sini, vokalis Jennifer Jill dan bassist Fadli aka Aat, yang di kemudian hari pernah menjadi salah satu anggota Diskoria, duo komposer disko pop ultra-terkenal di Indonesia.
Artikel ini saya bongkar dan publikasikan kembali mengingat Stepforward akan genap berusia 30 tahun pada 25 November mendatang, mari rayakan!

Stepforward merupakan band new school hardcore yang sangat tidak asing lagi namanya di jagad scene underground Jakarta dan bahkan Indonesia. Group yang terbentuk di Jakarta pada tahun 1995 ini boleh dikata termasuk jajaran group HC yang best of the best, karena memiliki konsep musik yang bagus dan berkualitas, ditingkahi oleh karakter vokal "mengerikan” yang keluar dari tenggorokan seorang wanita enerjik yang cantik pula.
Line-up Stepforward yang kini tetap solid “to the bone” adalah : Jill (Vox), Andre (rhythm), Tedja (drum), Fadli (bass) dan Krisna (lead guitar). Belum lama ini Brainwashed berkesempatan mewawancarai dua personel SF pada tempat dan waktu yang berbeda, walaupun lokasinya masih di lingkungan Universitas Prof. Dr. Moestopo juga. Yang pertama diwawancarai adalah Jennifer Jill, vokalis sekaligus spokeswoman dari SF yang kebetulan juga kuliah di Fikom UPDM (B) semester VI. Yang kedua adalah Fadli, bassist andalan SF yang kuliah di FE Trisakti angkatan ‘94. Keduanya diwawancarai terpisah oleh BW yang mengulas tetek bengek SF mulai dari A-Z.
Penasaran? Simak saja interview-nya…
Kabarnya kan Stepforward kini sedang vakum, bisa dijelaskan kenapa?
Jill: Vakum banget sih enggak yah. Cuma absen manggung aja, karena kami sekarang lagi sibuk rekaman kedua kalinya untuk debut album kami. Proses rekaman kami yang pertama kan gagal yah, sementara yang kedua ini kami baru sampai pengisian (take) drumnya Tedja. Selanjutnya kami lagi menunggu persiapan Fadli (bass-red) untuk rekaman porsinya dia.
Fadli: Yah, hambatan gue pertama masalah duit untuk rekaman. Gue memang boros jadi agak susah menabungnya. Tapi akan gue coba siapkan dalam waktu dekat. Yang kedua gue masih mencari ciri sound bass yang gue inginkan, tapi sampai sekarang belum ketemu. Ada sih yang bisa meng-guide sound gue, tapi orang dan studionya ada di Bandung, sementara sekarang kan kuliah lagi dipadatkan menjelang Pemilu ini.
Mengapa proses rekaman yang pertama gagal?
Jill: Kesalahan dari pihak operator sih yang bikin kami rugi, karena kami kan rekaman memakai pita reel yang 24 track. Tapi bagusnya dia mau tanggung jawab dengan mengganti pita reel kami dengan yang baru. Akhimya kini kami rekaman ulang lagi dari awal di Studio Hijau untuk take drumnya Tedja.
Fadli: Operator lah! Dari mulai basic track-nya dia sudah membuat kesalahan, jadi bukan dari pihak Stepforward. Dia pun sudah mengakui itu.
Debut album ini berupa EP atau LP?
Jill: LP atau full length album yang berisi sepuluh lagu kira-kira.
Konsep musik HC-nya yang new school atau old school?
Jill: New school HC dengan sentuhan melodic juga.
Rumornya Krisna (lead guitar) keluar dari Stepforward?
Jill: Enggak kok... Belum lama ini dia kan baru kelar sidang dan wisuda, jadi dia kepingin ‘refreshing’ aja sebentar dan absen dari live show, tapi kalau rekaman dia sudah siap.
Lirik lagu SF mengangkat tema apa sih? Apakah straight edge?
Jill: Dulu memang lirik kami sempat condong ke SXE. Tetapi setelah kami menyadari ternyata itu bukan ‘way of life’ kami. Sekarang SF mengangkat tema fight back, hatred, positive life, revenge, brotherhood. Munafik namanya kalau kami bertema lirik SXE tapi seluruh personelnya nggak ada yang menganut faham tersebut.
Mungkin ada istilah sendiri bagi konsep musik SF?
Jill: Apa yah? Mungkin new school Stepforward style he....he....he….

Secara pribadi motivasi apa yang mendasari elo sebagai wanita menerjuni dunia musik HC yang didominasi oleh pria ini?
Jill: Secara pribadi gue memang suka HC, walaupun roots gue bukan HC, tapi alternative kayak Pearl Jam. Pas di SMA dulu gue dikenalin sama punk rock yang berlanjut kemudian ke HC. Awalnya pun gue di SF hanya backing vocal saja, tapi karena satu dan lain hal, vokalis utamanya cabut dan gue menggantikan posisi dia. Sempat bingung juga gue waktu itu, karena vokalis HC yang cewek kan belum ada. Ada juga sih kayak Vivi Ritual Doom, Toilet, atau Meta Wondergel, salut gue sama mereka. Selain itu gue pengen ngebuktiin bahwa cewek pun mampu untuk menyanyikan lagu-lagu HC dengan suara gue yang khas cewek tapi sangar. Sempat pula sih ada komunitas tertentu yang menganggap remeh, karena menurut mereka cewek nggak pantas eksis di jalur musik ini.
Tapi elo sadar ya kalau image HC merupakan “a man’s world"?
Jill: Ya juga sih. Dan gue nggak mungkir kalo SF banyak dapat tawaran manggung karena panitia melihat vocalisnya cewek, hingga memiliki daya tarik tersendiri. Cuma gue kadang merasa nggak enak juga sama teman-teman di SF, karena sebenamya empat orang lainnya pun sangat berbakat untuk main musik ini. Dan gue pengen membuktikan bahwa SF dapat maju bukan karena vocalisnya cewek tapi memang seluruh personelmya sangat berbakat untuk membuat konsep musik yang berkualitas.
Apakah elo nggak iri kalo fans hanya tertarik dengan Jill semata?
Fadli: Wuih, gila, ya nggak gitu lah. Malah kami ikut senang. Tetapi tolong jangan lihat dari tampang dan fisik doang, lagian kami ini kan nggak jualan tampang tetapi musik, emangnya Backstreet Boys! (iya kan he..he...-red)
Disinyalir ada salah seorang personel SF yang hombreng (homo-red), benar nggak tuh?
Fadli: Gila aja. Bukan homo tapi sado seks (sado masochisme - red), gitulah kira-kira he..he..he..he....
Kemudian elo bisa menemukan karakter vokal yang gahar dan sangar seperti itu gimana caranya?
Jill: Memang pada dasarnya suara gua sudah berat, mungkin karena dulu gua doyan teriak-teriak yah, dan kayaknya cocok buat musik ini. Gua belajar vokal dengan mempelajari dan menyimak live video-nya KORN, INTEGRITY, BACKFIRE, dsb. Gua pelajari bagaimana menyanyi dengan tehnik diafragma, posisi gigi, lidah, hingga bibir yang tepat dalam bernyanyi musik ini. Dan gue juga menyimak karakter vokalnya Ivan Burger Kill sebagai referensi pencarian karakter vokal gua pribadi.
Vokalis HC idola elo siapa?
Jill: Jonathan Davis (KORN), keren banget tuh.
Kalo elo, Fad? Siapa bassist idola lo?
Fadli: Kalo gue Cliff Burton (Metallica) dan Gene Simmons (KISS). Untuk HC-nya Craig Setari dari Sick Of It All.
Bagaimana dengan tipe vokalnya Ombat Tengkorak?
Jill: Bagus juga. Sadis gitu, dan nggak ngerti gua anak grindcore itu bisa bersuara seperti itu dapat kekuatan dari mana? Kemudian gue juga suka vokalnya Boek yang grupnya kalo enggak salah, SECRET AGENT.
Pemahaman musik HC disini sudah sampai ke pahamnya atau baru di musik atau fashion saja?
Jill: Kalo menurut gue sekitar 80% memang baru musik dan fashion-nya aja, dan sisanya itu sudah 'real’ hingga ke pahamnya. Pokoknya underground to the core lah. Gue juga nggak mau kalo HC itu menjadi mainstream karena kalo begitu nanti HC cuma menjadi “happening scene" saja.
Fadli: Musik dan fashion-nya. Ya, memang kenyataannya seperti itu sih. Mungkin bagi sebagian orang sudah ada juga yang mendalami filosofinya.
SF karakter musiknya terpengaruh siapa saja?
Jill: Ehm.... Backfire, Strife, mungkin. Yah, tapi yang tahu sebenarnya memang Andre, Krisna ,Tedja, dan Fadli, karena mereka yang menggarap musik dan gue konsentrasi pada pembuatan lirik. Namun yang pasti modern hardcore ala European style lah.
Band lokal yang elo suka siapa?
Jill: Sudah pasti Burger Kill, Blind 2 See, dan banyak juga sih grup bagus yang gua suka. Di luar HC, gue suka Bjork, No Doubt, dan Gwen Stefani-nya serta Courtney Love-nya The Hole.
Fadli: Gue suka ROXX yang lama. Untuk band HC gue suka ANTISEPTIC dan THINKING STRAIGHT.
Komentar elo tentang panitia event underground yang sering memuat nama band di pamflet, tanpa konfimasl dulu sebelumnya?
Jill: Nah, itu kesel banget gua. Misalnya, ada contoh kasus Stepforward bakal main di event tertentu seperti daftar band yang ada di pamflet, sementara kami nggak dikonfirmasi oleh panitia. Terus penonton yang mau lihat kami manggung pasti kecewa dan mengganggap kami sombong atau mematok harga hingga enggak jadi main. Padahal kami nggak tahu. Jadinya kan berakibat negatif buat SF juga. Yang jelas kami sangat menghargai kalo pihak panitia mau konfirmasi dulu ke kami. Kalo memang kami kosong nggak jadi masalah, kami akan main walaupun fee-nya enggak seberapa. Yang pasti kami juga enggak sekedar butuh bayaranya aja, jam terbang manggung yang lebih utama.
Fadli: Oh, iya tuh, SF juga sering mengalami hal seperti itu. Biar sama-sama enak harusnya panitia itu konfirmasi dulu dong ke bandnya. Jelas itu sangat merugikan band dan menipu penonton.
Jika ada tawaran main di luar kota apa yang SF minta?
Jill: Akomodasi dan transportasi. Yang standar aja atau di rumah panitia pun oke. Walau nggak munafik juga kalau ada bayarannya, itu lebih oke kan! Seperti pernah dulu kami main di Tasikmalaya. Wah, audiens dan respon penontonnya di luar dugaan. Gue nggak nyangka kalo SF dikenal juga di sana. Asyik dan cool banget deh main disana.
Fadli: Yah, cukup transportasi dan akomodasi lah sementara ini.
Pengalaman manggung paling berkesan?
Jill: Waktu di Tasik itu sehabis kami manggung para penontonnya pada minta foto bersama, dan uniknya walau sedikit gimana gitu... Mereka minta tanda tangan nggak cuma di kertas tapi sampai ke kaos, celana, dan dompet. Mereka ramah-ramah dan sopan deh.
Fadli: Yah, di acara underground di Pasar Minggu. Waktu itu kami main di event punk rock dan ditimpukin penonton karena dikirain kami grup metal, he..he..he....
Ada pengalaman yang nggak sopan?
Jill: Ada. waktu manggung di Pasar Minggu kami sempat ditimpukin sama anak-anak punk. Kebetulan waktu itu punk sempat ada clash sama anak-anak metal. Ketika manggung kami dikira grup metal. Padahal bawain lagunya Earth Crisis loh. Kemudian melayanglah botol Aqua, sendal jepit dan teman-temannya ke atas panggung dan kena kepala gua juga. Yang menyesakkan, ketika turun panggung ada anak cewek dan teman cowoknya mengacungkan jari tengahnya ke gue, sementara yang cowok menurunkan celana dalamnya sehingga terlihatlah oleh gue pemandangan yang mengerikan dan semestinya nggak boleh gue lihat ha...ha...ha…
Menurut elo punk rock dengan HC beda nggak sih?
Jill: Beda sih, musiknya, gaya hidupnya, komunitasnya, penampilannya, walau roots-nya tetap saja sama, punk rock.
Oh ya, ngomong-ngomong kapan debut album SF ini dirilis dan apa titelnya?
Jill: Mudah-mudahan kalau jadi titelnya itu To Be Aware is To Be Alive. Kalau rilis nggak tahu ya, yang lain sudah siap, tinggal Fadli saja. Maunya sih setelah Pemilu atau sebelum tahun 2000.
Fadli: Kalau bisa sih sehabis pemilu, gue juga nggak tahu masih ada apa nggak Indonesia, hehehe
Menurut elo bagaimana peran kaum muda sekarang ini?
Fadli: Jangan diam saja dong!
Komentar elo tentang Partai Golkar?
Fadli: Taik kucing! Mendingan Golkar mengundurkan diri aja dari pemilu nanti, itu juga kalo mereka tahu diri. Kalo nggak, yah, tanggung sendiri aja resikonya nanti!
Terakhir, apa pesan-pesan elo buat fans, scene underground, dan sebagainya?
Jill: Buat fans kami berterima kasih atas dukungan dan perhatiannya kepada Stepforward. Kalo nggak ada mereka, apalah artinya Stepforward. Buat band-band lain, ‘keep up the good work’ dan kita jangan sampai brother against brother, jadi support one another, stick together. Kita kan berangkat sama-sama dari bawah tanah juga. Hargailah perbedaan dan jadikan itu sebagai kekuatan kita dalam men-support local underground scene Jakarta. Untuk panitia yang kena syndrome pasang nama, tolong deh konfirmsikan dulu ke kami via telepon sebelumnya. Jangan pikirkan fee-nya. Yang pasti kami terbuka untuk all underground network. Terima kasih juga buat Brainwashed untuk wawancaranya.
Fadli: Sudahlah, sekarang kita tidak usah ribut lagi antar sesama kaum underground. Kenapa kita nggak stick together aja? Lagipula kita kan golongan minoritas, tetapi kalau mau jangan ribut antar kita, tetapi rame-rame kita ribut sama pemerintah yang selalu menindas rakyat. Jangan buat konflik horizontal, tapi galanglah konflik yang vertikal.

STEPFORWARD AFTERWARD
Pada 25 November mendatang Stepforward bakal genap berusia 30 tahun. Mungkin tidak akan ada perayaan apapun di panggung, apalagi setelah kepergian mendadak gitaris Ricky Siahaan pada April lalu di Jepang. Namun bukan berarti kita tidak bisa merayakan sekaligus mengenang perjalanan panjang salah satu grup legendaris hardcore paling berbahaya di kancah musik keras tanah air ini, setidaknya lakukan dari rumah masing-masing melalui sederet video bersejarah di bawah ini.
This is the stories of undying hope…
Rockumentary singkat Stepforward ini sebenarnya sekadar tugas akhir kuliah Dimas Brodjonegoro. Namun berkat video yang dibuat 20 tahun lalu ini sekarang kita bisa mengenal lebih jauh sosok-sosok di belakang Stepforward beserta sangarnya aksi panggung mereka saat itu. Bonusnya, merasakan intim dan gerahnyanya klub rock legendaris berusia pendek, Parc, di bilangan Iskandarsyah, Jakarta Selatan. Those were the days!
Stories of Undying Hope akhirnya menjadi satu-satunya album penuh dari Stepforward yang berhasil dirilis enam tahun pasca mereka berdiri, pada 2001. Mungkin jika Ricky Siahaan tidak bergabung di Stepforward pada 1999/2000 bisa jadi kita tidak akan pernah mendengar album ini selamanya, apalagi mengingat proses rekamannya sempat gagal seperti diceritakan Jill dan Fadli di wawancara bersama Brainwashed #7 di atas. Salah satu rilisan hardcore terbaik yang pernah dimuntahkan oleh skena ibukota!
Pasca Ricky Siahaan membentuk Seringai dan Fajar Arifan membentuk Alexa, keduanya pun menjadi sangat sibuk di sana. Akhirnya ini berdampak cukup jarangnya Stepforward tampil di berbagai gig hardcore lokal ibukota. Untungnya, video amatir ini berhasil mendokumentasikan salah satu penampilan terbaik mereka sembilan tahun lalu di depan mayoritas penonton yang mungkin belum lahir ketika band ini dibentuk pada 1995.
Mungkin ini dokumentasi live performance Stepforward dengan gambar dan suara yang paling layak dan bagus selama 30 tahun band ini berdiri. Semoga mereka bisa segera kembali ke gigs, kebanyakan panggung rock sudah terlalu nyaman dan mapan belakangan ini sepeninggal Stepforward. Saatnya Belenggu dilepas kembali!
In Loving Memory
Ricky Siahaan (Stepforward/Seringai)
1976 - 2025